DAMPAK PERCERAIAN BAGI PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS ANAK
Pernikahan merupakan bersatunya dua kepribadian dalam suatu ikatan formal melalui catatan sipil dan yang juga diabadikan di hadapan Tuhan sesuai dengan agama yang disetujui kedua belah pihak.
Terdapatnya masalah dalam pernikahan menjadi alasan perceraian secara umum yang diajukan oleh pasangan suami istri. Alasan tersebut kerap kali diajukan ketika kedua pasangan atau salah satunya merasakan ketimpangan dalam pernikahan yang sudah sangat sulit di selamatkan berakhir hanya mendorong untuk memlakukan perceraian.
Perceraian adalah perpisahan antara suami istri yang dikarenakan hubungan mereka tidak cocok lagi, percerain hal yang sangat tidak baik dalam agama islam, dan yang jelas tidak ingin terjadi dalam pernikahan. Perceraian mengakibatkan resiko yang lumayan rumit dan masalah yang besar, bagi pasangan yang sudah tidak cocok lagi, sering bertengkar atau sebagainya, dan itu bisa jadi menimbulkan perceraian.
Latar Belakang Terjadinya Perceraian
Perceraian hal buruk bagi semua pasangan, hal yang tidak diinginkan. Terkadang perceraian jalan yang terbaik buat beberapa pasangan, mereka menentukan hidupnya masing-masing. Dengan alasan yang bermacam masalah yang tidak berujung dan saling tidak percaya satu sama lain. Sangat disayangkan kalau pasangan yang sudah mempunyai anak, entah bagaimana yang akan terjadi pada anak ketka proses perceraian akan dan sedang berlangsung. Hal ini mempengaruhi pikiran anak-anak menjadi beban yang sangat dalam, dengan hal itu bagaimana orangtua menyiapkan anak-anak agar dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi akibat perceraian. Biasanya orang tua sering bertengkar dan berdebat didepan anak-anak hingga membuat pikiran anak-anak tertekan atau takut, dan hal ini juga bisa menyebabkan anak menjadi frustasi. Tapi tidak semua anak bisa melihat kejadian pertengakaran,
baca juga: cara menjaga keharmonisan rumah tangga
Sebelum hal perceraian terjadi, biasanya diawali dengan masalah yang sepeleh, misalnya saling tuduh kalau sedang berselingkuh, atau masalah kecil dibesar-besarkan dan saling tidak mempercayai atau beda pendapat. Perdebatan orangtua, apapun alasan dan masalahnya dan sifatnya akan membahayakan pikiran anak-anak. Jika si anak sering melihat hal itu terjadi maka akan membuat anak menjadi stres.
Pandangan anak terhadap perceraian orang tua
- Perceraian buat anak-anak ialah Tanda kehancuran bagi keutuhan keluarganya, merasakan seorang diri, kasih sayangnya telah hilang dan perhatianya telah pudar, setelah orang tuanya berpisah ia merasakan kesedihan dan kelihangan perhatian kedua orangtuanya.
- Didalam pikiran anak atau secara pandangan sosiologi, pernikahan adalah pertukaran antara kewajiban beserta penghargaan dan hilangnya hak sebagai suami istri.
- Dikarnakan pernikahan merupakan suatu proses perkenalan antara dua individu yang menjalin hidup bersama dan latar belakang sosial atau budaya, kebutuhan dan kemauan mereka beda, maka terjadinya proses pertukaran didalam pernikahan harus selalu dibicarakan dan disepakati bersama.
Ada beberapa pertanyaan dari para orangtua mengenai usia berapa anak menerima perpisahan dan perceraian kedua orangtuanya, apakah memiliki dampak buruk atau tidak? Apakah benar kalau diusia masih balita akan baik dengan keputusan perceraian, karena masih belum memahami tentang perceraian orang tuanya?
Psikologis anak terhadap perceraian :
- a. Arti sebuah keluarga bagi anak
- b. Kondisi fisik atau psikologi anak akibat perceraian

Perasaan-perasaan ini dapat menyebabkan anak tersebut, setelah dewasa menjadi takut gagal dan takut menjalin hubungan dekat dengan orang lain. Beberapa indikator bahwa anak telah beradaptasi adalah: Menyadari dan mengerti bahwa orang tuannya sudah tidak lagi bersama dan tidak lagi berfantasi akan persatuan kedua orang tua, Dapat menerima rasa kehilangan, Tidak marah pada orang tua dan tidak menyalahkan diri sendiri, menjadi dirinya sendiri.
C. Cara untuk Membangkitkan Motivasi dan Harapan Anak dari Korban Perceraian
Cara Membangkitkan Motivasi dan Harapan Anak Korban Perceraian.
Bagi anak-anak mempunyai keluarga yang utuh adalah hal yang sangat membahagiakan. Mereka tidak pernah membayangkan bahwa akan ada perceraian dalam keluarganya. Keadaan psikologi anak akan sangat terguncang karena adanya perceraian dalam keluarga. Mereka akan sangat terpukul, kehilangan harapan, cenderung menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi pada keluarganya. Sangat sulit menemukan cara agar anak-anak merasa terbantu dalam menghadapi masa-masa sulit karena perceraian orangtuanya. Sekalipun ayah atau ibu berusaha memberikan yang terbaik yang mereka bisa, segala yang baik tersebut tetap tidak dapat menghilangkan kegundahan hati anak-anaknya.
Beberapa psikolog menyatakan bahwa bantuan yang paling penting yang dapat diberikan oleh orangtua yang bercerai adalah mencoba menenteramkan hati dan meyakinkan anak-anak bahwa mereka tidak bersalah. Yakinkan bahwa mereka tidak perlu merasa harus ikut bertanggung jawab atas perceraian orangtuanya. Hal lain yang perlu dilakukan oleh orangtua yang akan bercerai adalah membantu anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan tetap menjalankan kegiatan-kegiatan rutin di rumah.
Jangan memaksa anak-anak untuk memihak salah satu pihak yang sedang cekcok serta jangan sekali-sekali melibatkan mereka dalam proses perceraian tersebut. Hal lain yang dapat membantu anak-anak adalah mencarikan orang dewasa lain seperti bibi atau paman, yang untuk sementara dapat mengisi kekosongan hati mereka setelah ditinggal ayah atau ibunya. Maksudnya, supaya anak-anak merasa mendapatkan topangan yang memperkuat mereka dalam mencari figur pengganti ayah ibu yang tidak lagi hadir seperti ketika belum ada perceraian.
– Beri kesempatan pada anak untuk membicarakan mengenai perceraian dan bagaimana perceraian tersebut berpengaruh pada dirinya. Anak-anak yang usianya lebih besar, tanpa terduga, bisa mengajukan pertanyaan dan keprihatinan yang berbeda, yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya olehnya. Meski mengejutkan dan terasa menyudutkan, tetaplah bersikap terbuka.
– Bila Anda merasa tidak sanggup membantu anak, minta orang lain melakukannya. Misalnya, sanak keluarga yang dekat dengan si anak.
– Adalah wajar bagi anak-anak bila memiliki berbagai macam emosi dan reaksi terhadap perceraian orang tuanya. Bisa saja mereka merasa bersalah dan menduga-duga, merekalah penyebab dari perceraian. Anak-anak marah dan merasa ketakutan. Mereka khawatir akan ditelantarkan oleh orang tua yang bercerai.
– Ada anak-anak yang sanggup untuk menyuarakan perasaan mereka, hal ini tergantung dari usia dan perkembangan mereka. Sementara, sebagian lagi tidak dapat berkata-kata. Ada yang marah dan depresi. Untuk anak-anak usia sekolah, jelas sekali perceraian mengakibatkan turunnya nilai pelajaran mereka di sekolah. Walaupun untuk beberapa lama anak-anak akan berusaha mati-matian menghadapi perceraian orang tuanya, pengaruh nyata dari perceraian biasanya dirasakan anak berusia 2 tahun ke atas.
– Jangan menjelek-jelekan mantan pasangan di depan anak walaupun Anda masih marah atau bermusuhan dengan bekas suami. Hal ini merupakan salah satu yang sulit untuk dilakukan tapi Anda harus berusaha keras untuk mencobanya. Jika hal itu terus saja Anda lakukan, anak akan merasa, ayah atau ibunya jahat, pengkhianat, atau pembohong. Nah, pada anak tertentu, hal itu akan menyebabkan ia jadi dendam dan trauma untuk menikah karena takut diperlakukan serupa.
– Anak-anak tidak perlu merasa mereka harus bertindak sebagai “penyambung lidah” bagi kedua orang tuanya. Misalnya, Anda berujar, “Bilang, tuh, sama ayahmu, kamu sudah harus bayaran uang sekolah.”
– Minta dukungan dari sanak keluarga dan teman-teman dekat. Orang tua tunggal memerlukan dukungan. Dukungan dari keluarga, sahabat, pemuka agama, dapat membantu Anda dan anak untuk menyesuaikan diri dengan perpisahan dan perceraian. Hal lain yang juga dapat menolong adalah memberi kesempatan kepada anak-anak untuk bertemu dengan orang lain yang telah berhasil melewati masa-masa perceraian dengan baik.
– Bilamana mungkin, dukung anak-anak agar memiliki pandangan yang positif terhadap kedua orang tuanya. Walaupun pada situasi yang baik, perpisahan dan perceraian dapat sangat menyakitkan dan mengecewakan bagi kebanyakan anak-anak. Dan tentu saja secara emosional juga sulit bagi para orang tua.
DAMPAK PERCERAIAN BAGI PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS ANAK
Jangan juga memberi harapan palsu kepada anak
Harapan palsu di sini maksudnya adalah berjanji bahwasanya kedua orang tua mungkin suatu saat akan kembali hidup bersama. Jika janji ini sampai diucapkan, anak akan terus mengingatnya. Masalah perceraian yang sedang dihadapi oleh orang tua tentunya juga akan membuat anak terus memikirkan kondisi yang sedang menimpa kedua orang tuanya. Jangankan anak yang masih usia kecil, mereka yang sudah usia besar pun ada juga yang akan mencetuskan pemikiran bahwasanya perceraian itu adalah karena kesalahan mereka. Orang tua harus menerangkan kepada anak bahwasanya ini bukan kesalahan mereka. Ini untuk menghindari perasaan terpukul dari anak.
Agar anak tidak terus menerus merasa bersalah, tetap berikan perhatian yang tidak berubah dari kedua belah pihak orang tua. Intinya biar bagaimanapun, dalam kasus perceraian, orang tua harus ingat bagaimana perasaan dan kepentingan anak. Jadi sebelum kata cerai, pikirkan dahulu apa yang lebih baik dan buruk apa yang akan terjadi.
Orang tua juga harus tetap menguasai emosi, perasaan, maupun pikiran. Meski telah berpisah bukan berarti anak hanya boleh memilih satu orang tua dan mencurahkan serta menerima kasih sayang dari satu orang tua juga. Bagaimanapun anak butuh ayah dan ibu. Jangan putuskan hubungan anak dengan orang tua yang satunya.
Di sini, butuh pula kepekaan orang tua untuk mengerti apa yang dibutuhkan anak akan perasaannya. Orang tua yang memiliki hak asuh anak boleh memberitahukan tentang pasangannya namun bukan berarti menjelek-jelekkannya. Kalau kita memburuk-burukkan mantan pasangan kita, anak jadi ada dalam posisi dituntut untuk memilih. Biarkan mereka melihat dan tahu sendiri sehingga bisa mengambil keputusan sendiri.
Begitu besar dampak negatif bagi anak akibat perceraian, sehingga Rasulullah saw. bersabda: “Sesuatu yang halal tapi dibenci Allah adalah perceraian” [H.R. Abu Daud dan Hakim].
penulis : rani
dari berbagai sumber
Pernikahan itu disahkan berdasarkan kepercayaan laki-laki dan perempuan bersatu atas nama kasih sayang. Dibawah naungan doa orang banyak. Doa itu jelas kepada Tuhan.
Apapun alasannya perpisahan dalam pernikahan cuma ada satu, kematian.
Perceraian bukan solusi dan bukan alasan.