cara menjaga keharmonisan rumah tangga
Category : Blog
cara menjaga keharmonisan rumah tangga
CARA MENJAGA KEHARMONISAN KELUARGA
Bahagia pasti bagi pasangan yang telah mengikatkan diri dalam tali pernikahan, siapapun pasti ingin bahagia seutuhnya
dan menjalankan rumah tangga yang harmonis.
…Setiap masalah yang timbul dalam kehidupan suami-istri, harus dipandang sebagai suatu kecemasan kolektif…
…Kesalahan tidak perlu diikuti dengan tekanan, cacian, dan intimidasi, terutama jika kesalahan itu tidak berkaitan dengan norma-norma keislaman……masalah silih berganti menghampiri. Maka, kearifan adalah benteng kokoh yang melindungi keluarga dari disharmonisasi…
Author: Rani
Cara menjaga keharmonisan rumah tangga
Oleh karena itu hal pertama yang harus dipikirkan ialah bagaimana cara melakukan keharmonisasian hubungan suami istri, tapi
dengan menjaga keharmonisan rumah tangga tidaklah mudah seperti menundukan kepala, menjaga keharmonisan rumah tangga
perlu yang namanya pengorbanan dan usaha.
Baca juga:
berbagai jenis pernikahan di Indonesia
Dibawah ini ada beberapa macam cara atau tips menjaga atau mewujudkan keharmonisan pasangan suami istri, cara ini ditulis oleh
Waffa’Muhammad dalam kitabnya Kaifa Tsuhbihina Zaujah Rumansiyyah,
sebagai berikut :
Berupaya saling mengenal dan memahami Perbedaan lingkungan dan kondisi tempat suami atau istri tumbuh sangat
berpengaruh dalam pembentukan ragam selera, perilaku, dan sikap yang berlainan pada setiap pihak dari yang lain.
Hal itu merupakan kewajiban setiap pasutri untuk memahami keadaan ini dan berusaha mengetahui serta mengenal pihak lain
yang menjadi pasangan hidupnya.
Mereka juga harus mengetahui semua hal yang berkaitan dengan situasi kehidupan yang mempengaruhi, sehingga dapat maju ke
depan dan mewujudkan keharmonisan.
Perasaan timbal-balik
Suami dan istri adalah partner dalam satu kehidupan yang direkatkan dalam tali pernikahan; satu ikatan suci yang mempertemukan keduanya.
Tak pelak lagi, keduanya harus berbagi suka-duka; membagi kesedihan dan kegembiraan bersama. Keduanya saling berkelindan untuk menyongsong satu cita-cita luhur yaitu mewujudkan tatanan kehidupan berdasarkan aturan Allah dan Rasul-Nya.
Untuk memupuk kasih sayang di masing-masing pihak, suami membutuhkan cinta istri, dan istri pun membutuhkan cinta suami.
Pasangan Suami-istri harus berbagi suka dan duka, membagi kesedihan dan kesenangan bersama.
Baca Juga: Hukum dan syarat pernikahan dengan Warga Negara Asing
Setiap pihak harus hormat
Ketika suami atau istri memasuki rumahnya, maka dia layak mendapatkan penghormatan dan apresiasi dari pasangannya.
Hal itu bertujuan untuk menjaga harkat dan mengangkat prestise pasutri, sehingga masing-masing merasa nyaman untuk membangun rumah tangga harmonis.
Dalam hal ini, sudah menjadi kewajiban pasutri untuk mencari poin-poin positif yang dimiliki masing-masing untuk digunakan sebagai penopang sikap saling menghormati.
Berusaha menyenangkan pasangannya Dalam kehidupan keluarga, bahkan dalam kehidupan sosial secara general,
jika seseorang berusaha mengedepankan dan mengutamakan orang lain dari dirinya sendiri, maka berarti dia telah menanam benih-benih cinta dan kedekatan kepada semua orang di sekelilingnya.
Sedemikian mungkin, setiap pasangan suami istri diharuskan untuk senantiasa menyenangkan pasangannya,
dan mendahulukan serta mengutamakannya dari dirinya sendiri, demi memperutuh ikatan cinta kasih di antara keduanya.
Pasalnya,
ketika suami melihat istri berusaha membaktikan diri untuk menyenangkan dirinya, tentunya dia akan melakukan sesuatu yang
bisa membuat senang dan gembira hati istri.
Hal itu pun dilakukan untuk membalas kebaikan istrinya, atau setidaknya sebagai pengakuan atas kebaikan tersebut.
Mengatasi persoalan bersama
Pernikahan merupakan bentuk relasi partnership dan partisipasi.
Partnership yang berdiri di atas landasan kesamaan tujuan, cita-cita, sikap, intuisi dan perasaan,
serta kolaborasi dan solidaritas dalam memecahkan setiap persoalan.
Setiap masalah yang timbul dalam kehidupan suami-istri, maka masalah itu dilihat sebagai suatu kecemasan kolektif.
Setiap ada masalah yang datang dalam kehidupan pasangan suami istri, harus dipandang sebagai suatu kecemasan kolektif.
Dalam teori ilmu pengetahuan demikian memicu suami supaya berusaha bekerja keras dalam rangka memberikan kehidupan mulia
bagi istri dan anak-anaknya.
Pun demikian, istri akan berusaha menjalankan urusan rumah tangga sesuai prosedur yang disepakati bersama.
Usaha yang dilakukan oleh suami dan istri tersebut merupakan solusi untuk memecahkan masalah bersama.
Hal ini demikian, baik suami maupun istri tidak perlu menyembunyikan problemnya, bahkan diperlukan kejujuran dan transparansi
demi menumbuhkan benih-benih kepercayaan dan saling pengertian, sehingga mudah menemukan solusi.
Bisa jadi, permasalahan memiliki dampak positif untuk memperkuat ikatan pasangan suami istri.
Sikap Qana’ah ( Sabar ) Di antara tanda keharmonisan cinta pasutri adalah sikap merasa puas dengan yang ada(qana’ah); merasa puas dengan prasarana hidup yang tersedia.
Kelanjutan sikap manja, kebiasan hidup serba ada, boros dan berfoya-foya pada masa kecil atau remaja termasuk salah satu faktor yang memicu pertikaian pasutri.
Sikap demikian berlawanan dengan kedewasaan yang menuntut pandangan realistis tentang kehidupan. Hal-hal picisan dan
glamor yang digembar-gemborkan media publikasi sejatinya tidak akan menciptakan kebahagiaan.
Karena kebahagiaan sejati memancar dari hati dan jiwa terdalam, bukan bertolak dari aspek-aspek materi yang justru
memicu kesenjangan dan konflik pasutri.
Sikap toleransi kedua belah pihak Sungguh sangat tidak logis
jika setiap pihak mengharapkan perilaku ideal permanen dari pasangannya dalam hubungan rumah tangga, karena menurut tabiatnya, manusia kadang salah dan benar.
Suami atau istri kadang lupa dan khilaf sehingga kerap mengulangi kesalahan serta kekeliruannya. Dia mungkin melakukan kesalahan karena ketidaktahuan, dan mengulanginya tanpa disadarinya.
Jika setiap pihak berkeinginan untuk menghukum, menghakimi,
atau membalas dendam untuk setiap kesalahan yang dilakukan pasangannya, maka berarti dia merusak fondasi keharmonisan rumah tangga.
Segala sesuatu yang salah tidak perlu diikuti dengan tekanan, cacian, dan ancaman, terutama jika kesalahan itu tidak berkaitan dengan norma-norma keislaman
Jika anda mencela segala hal, maka anda tidak akan menemukan sesuatu yang tidak kita cela.
Melakukan kesalahan adalah hal biasa yang hanya membutuhkan pelurusan, pengarah, dan petunjuk, yang dibarengi dengan sikap penyesalan dan keinginan untuk berubah lebih baik.
Kesalahan tidak perlu diikuti dengan tekanan, cacian, dan intimidasi, terutama jika kesalahan itu tidak berkaitan dengan norma-
norma keislaman. Yakinlah bahwa seseorang tidak akan kehabisan cara yang sesuai untuk mengoreksi kesalahan dan
penyimpangan pasangannya.
Jalan terbaik dalam hal ini adalah nasihat yang tenang dan membuat pasangannya merasa bahwa hal itu adalah untuk kebaikan diri dan keluarganya.
Sikap Berterus-terang
berterus terang, kejujuran, dan keberanian adalah kunci kebahagiaan kehidupan rumah tangga yang tidak mungkin nihil dari
kesalahan.
Dalam artian, jika Anda melakukan kesalahan, maka yang harus Anda lakukan adalah bergegas meminta maaf, berani
mengakuinya, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi di kemudian hari.
Sikap tersebut sama sekali tidak berarti menistakan status dan harga diri Anda. Hal itu justru mendorong pihak lain untuk menghormati, mempercayai, dan memaafkan Anda.
Kepedulian dan solidaritas
Bagian fragmen terindah kehidupan rumah tangga adalah kepedulian dan solidaritas yang dilakoni suami atau istri dalam menghadapi kesulitan dengan kesabaran dan perjuangan luar biasa.
Tatkala istri berdiri di samping suaminya, maka suami akan merasa kuat dan penuh percaya diri, begitu juga sebaliknya.
Sisi ini pada kenyataannya merupakan esensi pernikahan dan integrasi batin di antara kedua belah pihak.
Bisa jadi, dikarenakan sebuah kesalahan, suami atau istri memiliki kemampuan hebat untuk mencelakai pasangannya, hanya saja kearifan mencegahnya melakukan hal itu.
Kearifan
.
Kearifan satu sama lain hingga pada situasi yang paling suram membantu meletakkan fondasi kukuh keharmonisan
Kearifan memperkokoh semangat kesepahaman di antara keduanya.
Atau salah satu pasutri mungkin merasa lebih berhak dalam hal tertentu, namun setelah berpikir ulang tentang hal itu, dia tidak
lagi keukeuh mempertahankan pendapatnya yang bisa memicu friksi. Akan ada masa datangnya masalah silih berganti.
Maka, kearifan adalah benteng kokoh yang melindungi keluarga dari disharmonisasi. Ketika dia mundur dengan sifat kearifan,
maka dia berarti melenyapkan aroma konflik dan perselisihan.
Namun jika sikap mau menang sendiri dan sikap berlebihan yang negatif menggantikan posisi kearifan, maka kedamaian
dan kemapanan kehidupan rumah tangga akan hancur.
Oleh karena itu, tak heran jika masalah silih berganti menghampiri.
Maka, kearifan adalah sifat kebijaksanaan yang tegas untuk menjaga keharmonisan keluarga.